Mengapa Anak TK Tak Boleh Diajari Calistung?


Bahkan Mice pun sadar dng masalah sekolah di negeri ini! @ Kompas 4/3/2012

Pertanyaan bpk ANH:

Apa dengan tidak mengajarkan ke anak (Calistung) di usia emas nya itu berarti memanjakankan anak yang memiliki kemampuan akademisnya…..

Kita khan bisa menyelipkan huruf2 ato angka2 dalam proses bermain anak. Kalau mereka mampu kenapa tidak diteruskan (kemampuan otak anak juga berbeda-beda ada yang mudah nangkap dan ingatannya tajam dan ada juga yang tidak khan Bu…..)

Jawaban:

Jd begini Pak, kami menyadari bahwa mayoritas orang Indonesia itu tdk memahami perkembangan otak anak, hal itu mengakibatkan para ortu salah mengasuh dan para guru salah mendidik. Dan apa akibatnya dr salah2 itu?

Kita bisa lihat orang tua yg seharusnya sdh dewasa bertingkah spt anak2. Banyak. Contoh gampangnya anggota DPR kita yth. Tingkahnya persis anak TK. Kerja nggak bener tp minta imbalan lebih, nggak dikasih ma rakyat tp malah ngelunjak.

Contoh ke-2, kita lebih banyak mencetak insan2 bermental pegawai bukan visioner, bukan pakar/ahli dibidang masing2, bukan orang2 yg bermental pengusaha pembuka lowongan kerja. Rakyat Indonesia tdk suka mengambil resiko kegagalan, pilih jd pegawai krn tenang mendapat gaji bulanan tp ketika di PHK kelabakan nggak punya keterampilan.

Contoh ke-3, kita terbiasa mengapresiasi rangking teratas (5/10 besar), nilai sempurna (80-100) kita jarang mengapresiasi kerja keras mereka dalam belajar. Padahal ada anak yg sudah belajar mati2an tapi mereka tetep gak dpt nilai bagus gak dapet rangking krn kemampuan mereka tdk sama dan bakat mereka pun beda2. Akibatnya? ketika UN sekolah melakukan kecurangan diamini oleh ortu (sdh terjadi bukan?) Kalau anak2 kita terbiasa dihargai kerja kerasnya bukan angka atau nilainya semata, mereka pasti menolak disuruh curang, karena mereka PD dengan hasil usaha belajarnya sendiri, tapi nyatanya…buanyakkk anak2 itu yg melaksanakan perintah memalukan itu. Dan kita sekarang pun memiliki pahlawan cilik kejujuran segala.

Para ahli otak di dunia termasuk di Indonesia semacam Indonesian Neuroscience Society sdh lama melakukan penelitian bahwa: otak anak2 itu belum berkembang sempurna(matang) hingga dia berusia 20-25th! stlh sempurna baru mereka dianggap yg namanya “Dewasa”. Bayangkan!

Otak kita dibagi 3: batang otak (diatas leher), limbik (kepala bg belakang), dan pre frontal cortex/PFC (kepala bag depan/di jidat). Perkembangan ketiganya itu pun sesuai dng urutan diatas. Jd PFC itulah yg terakhir berkembang dng sempurna dan yg menandakan seseorang mjd dewasa.

Kita pasti sdh familiar dengan kisah Rosulallah yg ketika mengimami sholat beliau sujudnya lamaaaa sekali. Lalu para sahabat bertanya: “kenapa lama? apakah Rosulallah sedang menerima wahyu dr Allah SWT?” Rosul menjawab:”tidak, cucuku tadi menaiki punggungku”. Jd beliau menunggu sampai cucunya turun dr punggungnya. Beliau tdk memberi isyarat pd cucunya unt turun. Tak spt kita, kalau kita paling dicubit itu anak hahaha.. benar bukan?

Apa yg kita petik dr kisah diatas? Rosul lebih mementingkan/mendahulukan cucunya yg sedang bermain2 ketimbang ibadahnya! Subhanallah…!

Dan apa hubungan kisah diatas dengan perkembangan otak?

Sambungan otak anak2 itu belum sempurna, otak mereka baru siap menerima hal2 kognitif pada usia 7-8 th. Sebelum usia itu, dunia mereka yg pantas adalah hanya bermain, bermain dan bermain. Dan mereka PUN tidak boleh DIMARAHI. Allahuakbar! Sebelum ada ahli otak yg meneliti, Rosulallah sudah menerapkan hal itu pada cucunya!

Lalu apa akibatnya kalau masa2 usia bermain mereka direnggut untuk belajar hal2 yg kognitif? –> Dewasanya kelak mereka bertingkah spt anak kecil: suka mengurung burung demi kesenangannya sendiri, sakit2an karena ingin diperhatikan orang2 sekitarnya, spt anggota DPR yg saya tuliskan di atas, korupsi demi kepentingan diri sendiri/keluarga/golongan dan tdk merasa bersalah malah ngeles terus di pengadilan, dannn sikap kekanak2an lainnya

Kalau kita ingin membuktikannya, ada ciri2 yang mudah kita lihat bahwa perkembangan otak anak2 belum siap untuk menerima hal2 kognitif :

(1) ketika kita membacakannya sebuah cerita/dongeng mereka akan meminta kita mengulanginya lagi, lagi dan lagi. Kita yg tua sampai bosen tp dia tak pernah bosen mendengar cerita kesukaannya itu diulang2 berkali-kali berhari-hari.
(2) mereka yg antusias belajar membaca lalu bisa, tapi mereka tidak paham dengan apa yg mereka baca.

Silahkan dipraktikkan.

Kalau mereka hari ini minta dibacakan cerita A besok minta cerita B besoknya lagi C esok lagi D dan kalau mereka sdh paham dengan apa yg dibacakan, artinya otak mereka sdh siap menerima hal2 yg kognitif.

Lalu apa yg seharusnya kita ajarkan pada mereka (0-7/8th)?

1. JANGAN DIMARAHI

2. TIDAK DIAJARKAN MEMBACA, MENULIS, MENGHITUNG.

3. Bermain role play; memahami bahasa tubuh, suara dan wajah; berbagi hal yg memberikan pengalaman emosional, field trip, mendengarkan musik, mendengarkan dongeng,

4. Bahkan, anak usia 0-12th pengasuhan dan pendidikannya ditujukan untuk membangun emosi yg tepat, empati, (mood & feeling)

 

Jadi, aturan pemerintah tentang usia masuk SD harus minimal 7th itu bukan tanpa alasan.

Tentu boleh2 saja menyelipkan angka dan huruf, tapi tidak belajar membaca dan menulis dan menghitung.

Mudah nangkep & ingatannya tajam atau tidak bukanlah ukurannya.

Bagaimana dengan tidak mengajarkan anak calistung diusia emas diartikan kita memanjakan anak? wong dia belum bisa mikir itu sudah waktunya dipelajari atau belum 🙂 Usia emas itu jualannya susu Formula Pak.. 🙂 Usia emas semestinya kita artikan sebagai masa2 tumbuh kembang anak yg paling pas untuk kita tanamkan budi pekerti dan akhlak yg mulia.

Slogan TK: bermain sambil belajar, belajar seraya bemain JANGAN diartikan dng BELAJAR calistung.

Para peneliti otak diseluruh dunia sepakat bahwa PFC seorang anak belum siap untuk dijejalkan hal2 yg kognitif. Apa akibat dr pemaksaan terhadap hal2 kognitif?

– membuat anak tidak mampu menunjukkan emosi yg tepat.

– kendali emosi (intra personalnya terganggu)

– sulit menunjukkan empati.

Sudah banyak ortu yg mengeluhkan: anak2nya ketika masih usia dini sangat antuasias belajar CALISTUNG lalu ortunya merespon dengan memberikan porsi lebih banyak entah mengajari sendiri secara intensif atau memasukkannya ke les2 calistung daaannnn ujung2nya datang pada satu masa anak2 itu bosan lalu akhirnya mogok belajar mogok sekolah. mereka menjadi malas. Itu terjadi karena otaknya yg terforsir sudah kelelahan. Bahkan ada yg saat mau ujian malahan blank, nggak bisa mikir sama sekali.

Tenang, Pak… kita hanya perlu waktu 3 bulan untuk melatih seorang anak bisa metematika, namun diperlukan waktu lebih dari 15 tahun untuk bisa membuat seorang anak mampu berempati, peduli teman dan lingkungan serta memiliki karakter yang mulia untuk bisa menciptakan kehidupan yang lebih baik. Ini sudah terbukti.

Jadi sudah sangat jelas alasan saya tidak setuju dengan diadakannya lomba calistung untuk anak TK dan sederajat di Madrasah kita. ahh belum lagi efek kejiwaan yg dihasilkan pd anak2 itu karena mengikuti lomba2 terlalu dini apalagi calistung. Sudah terlalu panjang, kapan2 Insyallah saya tulis jg disini.

Wassalam.

 

*Pengetahuan yg saya tulis diatas saya dapatkan (sarikan) dari hasil mengikuti seminar2 parenting ibu Elly Risman, Psi dan talkshow2 serta tulisan2 Ayah Edy.

*Ini saya lampirkan Surat Edaran Dirjen Mandikdasmen tentang larangan Calistung pada PAUD dan larangan ujian/tes untuk masuk SD. Silahkan di download. Bisa ditunjukkan pada sekolah yg memberlakukan syarat tes calistung untuk masuk SD dan sederajat.

 

 

,

97 tanggapan untuk “Mengapa Anak TK Tak Boleh Diajari Calistung?”

  1. Mohon maaf nih sblmnya, namun di daerah saya utk masuk sklah dasar saja musti, memenuhi syarat spt; umur 7 tahun, harus bisa berhitung dan membaca, nah kalau kayak gitu gimana? Itu sd negri, kalo swasta sih masih boleh diluar ketentuan tsb.

    Thanks

      • alamat web nya dmana pak??tahun kemarin masuk SD Negeri aja diwajibkan harus mengikuti tes yg susahnya minta ampun untk anak SD(krn kalo dulu saya dberikan pelajaran itu pas SMP)
        pemerintah belum care msalah psikologis anak2&memang skrg bnyak anak2 kelas 1-3 SD yg mogok sekolah krn bosan.

  2. kenyataanya jarang ada TK yg tidak mengajarkan calistung pada anak didiknya …anak saya saja kalau masuk ke SD Negeri pasti tidak diterima karena tidak bisa calistung. Untung ada SD swasta yg mau terima calon murid yg belum bisa calistung. Kemana sih perannya Kemendiknas. Sekarang jarang ada guru kelas satu SD negeri yang mengajarkan calistung. Lihat saja kurikulumnya semuanya mengharuskan murid harus sudah bisa membaca. Tidak ada lagi pelajaran membaca di kelas satu SD. Tidak seperti jaman saya dulu. Kita tentu masih ingat dengan pelajaran membaca seperti ini : ini budi …ini ibu budi …ini kakak budi …dan seterusnya …

    • Ayat Al Qur\’an pertama yang dnrtuuikan adalah perintah untuk membaca: Iqro! yang terdapat di dalam surat al-Alaq. Kemudian diulang lagi di ayat ketiga. Kemudian pada ayat keempat disebutkan bahwa Allah mengajar manusia dengan pena. Ayat kelima dikatakan mengajarkan apa saja yang tidak diketahui. Dari kelima ayat ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ilmu pengetahuan itu diawali dengan membaca. Dengan membaca orang menjadi tahu (berilmu). Kemudian kalau ilmu itu dituliskan maka berarti kita menyampaikan ilmu kita kepada orang lain. Melalui tulisan kita dapat mengajarkan kepada orang lain apa yang tidak diketahuinya. Perintah membaca dan menulis sudah ada di dalam al-Qur\’an yang dnrtuuikan 15 abad yang lalu.

  3. kl kata sy jd malah kyk lingkaran setan bu.. gak tau siapa yg mulai.. surat edaran itu sy udah pernah liat dulu, tp tetep aja pada prakteknya msh byk sekali sekolah yg melakukan tes masuk calistung utk SD. Sy juga termasuk yg gak setuju, makanya sy gak terlalu memaksa..

    • Bener mbak. Dan kitalah yang mesti memutus sendiri lingkaran setan itu 🙂 Memang masih ada walau jarang sekolah yg tdk memberlakukan tes calistung unt masuk SD,spt sekolah alam anak saya. Fyi kami kebetulan akan pindah daerah dan didaerah tersebut kami belum menemukan sekolah yg ramah otak anak, jd kami akan meng-unschooling-kan putri kami 🙂

  4. bu,anak saya usia masuk 4 tahun alhamdulilah sudah bisa membaca dan berhitung sederhana,iqronya sudah iqro 3,hapal al quran ayat2 pendek dan ayatul qursi tapi asal nya karena saya suka beli poster edukatif di tempel di kamar tidur,belajarnya sambil ngobrol dan dia suka bahkan dia sering bertanya kapan lagi kita belajar ummi,apakah langkah tersebut kurang cocok untuk proses belajarnya nanti?mohon sarannya.tq

    • Bu Nurjanah,,,sebelumnya saya beritahukan bahwa saya bukan ahlinya untuk menjawab pertanyaan ibu. Tp pertanyaan ini mirip dng milis parenting yg saya ikuti dan jawabannya begini:
      “Tdk apa bila hafal krn terbiasa & tau aplikasinya, lebih jauh asah kemampuan berpikir dgn beri kesempatan utk memecahkan masalah.” Demikian.

    • teman saya ada yg seperti anak ibu sdh iqro 3 atau 4 gitu trus pas suatu saat dia disuruh baca huruf hijaiyah (spt iqro 1) dia bingung jd blank gitu. sama spt kasus lain temen saya anaknya sdh hafal surat2 pendek, trus suatu saat dia disuruh baca surat al ikhlas dia bingung. jadi anak2 itu hafal dgn suratnya tp tidak tau nama suratnya itu apa begitu bu mungkin kenapa kognitif anak belum siap itu maksudnya itu kali ya.
      kalo dulu jaman saya SD kelas 1 itu baru diajarin baca tp saya dan teman2 saya cepet mengikutinya cepet nyambung, trus sd kelas 3 itu sdh bisa baca alquran, padahal semasa TK (sampai umur 6th) itu ga pernah sekalipun TK ngajarin calistung dan baca iqro. memang anak2 itu berkembang pada waktunya kalo memang waktunya dia bisa baca pasti akan bisa. jaman2 dulu mana ada TK yg ngajarin calistung palingcm diajarin nyanyi melipat menggunting menempel udah

      • Bu Rini, anak yang belajar iqro’ memang tidak dikenalkan nama hurufnya jadi wajar kalau tidak mengenal nama huruf hijaiyah. begitu juga dengan hafalan surat2 pendek yang sering kali hanya dikenalkan isi suratnya bukan nama suratnya. Itu tidak masalah bu, mungkin hanya karena beda standar antara pengajar dan dan yang nyuruh baca

  5. artikel menarik.. 0-8th dilarang calistung??.. sekarang masuk esde guru dah terima beres anak anak udah pandai. kl gak bisa calistung ya siap siap aja gak lulus tes.. kl kaya ya bs aja home schooling..

    • Itulah bedanya jaman dulu dng sekarang, Pak. Dulu anak sekolah biar pinter, sekarang pinter dulu baru sekolah.

      Soal homeschooling hanya bisa bagi yang kaya saya tidak setuju. Kebetulan kami sekarang malah meng-unschoolingkan putri kami. Dan saya punya banyak kenalan homeschooler family. Dr yg bpknya bekerja sbg penjual buku keliling, sampe ada yg bpk ibunya S3 alias doktor. Bagi kami para pelaku homeschooling, homeschooling adalah sebuah ideologi tentang learning (pendidikan) bukan sekedar studying (sekolah) dan bukan alternatif pendidikan.

      • mba bgni, q px masalah, selama ini q selalu survei ke tk2 terdekat di tempt tinggal sya, di sna anak2 di ajarkan menulis namun dibiarkan begitusaja. tidak dibantu untuk bagaimna cara memgang pensil yang baik, cara membuat garis yang baik, tetapi gurux hanya melihat hasilx. mmng benar dngan tidak diperbolehknnya calistung pada anak. hanya saja yang saya ingin tanyakan apakah mengenalkan cara memulai menulis awal dari memgang pensil yang baik, posisi buku dan badan yang sesuai masih diperbolehkan atau ttap tidak boleh?

  6. Tahun ajaran ini saya akan unschoolingkan anak saya. Saya minta bantuan utk materi dan cara melakukan homeschoolingkan anak. Terima kasih.

  7. Maaf saya sangat tidak setuju dengan pendapat anda karna mnurut saya kbiasaan it kan awalny dr kecil klo dr kecil ank tdk d ajrkan untuk bljar justru nanty besarnya dia tidak akan pandai belajar itu tidak mngenal waktu tempat Θά̲ŋ usia

    • Iyaa.. dr kecil.. mulainya umur 7 th.. 🙂
      saya setuju, krn sdh bnyk sodara2 saya di sini mengalami anak bosan dan mogok sekolah.. pdhl br tk lhoo..
      Saya ingin anak saya berkembang sesuai umur, kasian dia kalo diforsir.. bs stress..

      • Saya setuju mbak sm mbak yani , alhmadullilah saya menemukan sekolah yg ramah otak di kota saya . tp syang jenjangnya hanya dari toodler smpe SD saja , dari pengalaman saya , 2 putri saya yg sy sekolahkan disitu sekolah memasukkan character building dlm kurikulumnya . bahkan kelas 6 saja metode pendidikannya masih bermain sambil belajar . naah disini yg membuat saya heran . hampir rata2 anak di sekolah ini susaaaaah banget disuruh belajar tetapi yg luar biasa saat mereka ulangan ataupun UN anak2 ini sangat mudah mendapatkan nilai sempurna . bahkan setiap seminggu sekali selalu diadakan parenting class dan rata2 semua pertanyaan orang tua siswa sama dgn pertanyaan sy , bagaimana bs tanpa belajar hanya dgn bermain anak2 kok bs dgn mudah dpt nilai sempurna ? Sungguh saya sangat beruntung menemukan sekolah ini . dan selalu berharapsekolah ini bs membuka sekolah ke jenjang smp dan sma nya .

  8. Artikelnya bagus sekali mbak, saya jadi sangat menyesal sering memarahi anak saya dengan suara yang agak keras. Tapi sekolah TK tetap perlu ya?Pertanyaan saya kalo PAUD dan TKnya 3 tahun kelamaan ga?Berpengaruh ga dia nanti gedenya jadi bosen sekolah. Terimakasih.

  9. Ya ! saya sependapat Bu…
    dulu masuk SD udah gede-gede banget, 7-8 thn, ada juga yang udah berjenggot 🙂 heee.
    pada cuek aja dan biasa aja tuh… para orangtua juga biasa aja, masing2 ngeliat sikon anaknya dan sikon duit buat biaya sekolahnya 🙂
    dan mulai biasa ngitung dan baca itu ya di SD, gurunya telaten ngajarin bocah2 yang bukan anaknya sampe bisa, hingga bener-bener layak dapet predikat “Pahlawan tanpa tanda Jasa”

    Sekarang, anak saya paling gede (6.5 tahun), mau masuk SD pake ditanya udah TK belum Pak ?
    Kalau belum TK ga terima, karena harus sudah bisa baca dan hitung…
    Lah ente jadi guru kelas 1, terima gajian buat ngajarin apaan ??
    Udah kebijakan katanya,,, tapi menurut saya kebijakan bisnis kali ya…

    Balik lagi juga ke mental orang tua sekarang yang paradigma-nya “kudu lebih dari” atau “ngga mau ketinggalan” dari orang lain.
    Bangga kalo anak balita-nya udah jago baca, pinter bahasa inggris walau kosa kata bahasa indonesia-nya balelol, bangga anak nenteng2 dan jago pake tablet bahkan punya facebook yang naasnya di culik orang, dll….
    Sebaliknya minder kalo udah 6 taun belum masuk SD takut dibilang bego, bangga ngeliat anak lulus di usia sangat muda dan dibilang pinter atau di atas rata2 atau indigo atau apa lah,,,,
    Tapi lupa pembentukan mental dan budi pekertinya dimasa seharusnya mereka di didik untuk itu, terlebih lupa bahwa anak2 kecil kita ya memang bermain kerjaan utamanya,sebagai media belajar berinteraksi, komunikasi, berempati, sosialisasi, belajar beremosi positif sehingga bisa rukun dan tepa salira saat besar nanti…
    Sehingga terbuktilah mental anak2 sekarang, liat dah dengan jujur sama kita semua: jarang nemu tuh bocah lewat depan orangtua pake bungkuk tanda menghormati yang tua. dan anehnya yang tua nya juga santai aja bocah2 pada begitu, sempurnalah merosotnya mental penerus bangsa kita ini.
    Siapa bilang kepintaran lebih baik dari sopan santun membungkuk tanda hormat ke orangtua, banyak petinggi negeri ini pinter2 tapi jahat akhlaknya…
    tetapi kalau anak kita tau arti sopan santun dan akhlak baik, insyaAlloh lebih bergaransi untuk tidak jahat kepada orang lain.

    mental kita para orangtua kudu di revisi lagi.. supaya anak kita nanti jadi ayah/ibu yang berwawasan dan visioner..
    hebatan orang tua kita dulu yang kaga pada sekolah, tapi akhlaknya bae bae, nurut ke ajaran yang bener, dan takut ngelanggar yang salah.
    Dengan “pamali”, “kearifan lokal” atau “kearifan pedesaan”, sukses mendidik kita.
    contoh “jangan maen maghrib2 tar di culik kelong wewe”, “jangan duduk di tengah pintu tar susah jodoh”, dll
    tapi visi misi nya jelas pengen anaknya lebih bae dari mereka dan berdoa supaya jalan ke arah kebaikannya itu adalah yang berkah, dengan cara yang hebat (pamali, kearifan pedesaan, yang walaupun kata orang ‘pinter’ itu cara membodohi anak) tapi buktinya mantan anak jaman dulu terbukti lebih berkarakter dan bae, dibanding anak sekarang yang pinter tapi blinger. Dan secara logika juga sebenernya “pamali” itu didasarkan pada akibat yang disamarkan:
    “udah waktunya sholat maghrib, cepetan sholat, jangan maen mulu”
    “kalo duduk di tengah pintu, ya orang susah lewat”

    orang sekarang pinter meniliti apa itu “pamali, kearifan lokal”, segala logikanya dibedah, tapi hasilnya anak2 sekarang jadi pada kaga lebih bae tuh, malah pada tambah kurang ajar, meremehkan metode nenek kakek dengan “pamali”nya dan dianggap kampungan, tidak ilmiah dll..
    Ko gitu hasilnya ya ? karena nelitinya ga pake hati, ga pake wahyu ilahi, dan ga pake takut sama ajaran yang bener, sehingga kesimpulannya cuma di penjelasan, bukan dari subtansi tujuan keselurahan.

    komen ini bukan keluhan karena anak saya diharuskan TK, alhamdulillah kami dikaruniai anak yang baik dan cerdas -ngga TK juga tetap pinter karena cukup porsi main dan belajar di dunia balitanya- tapi berniat saling mengingatkan bahwa kita lah orang tua yang harus bertanggungjawab ke anak dengan wawasan yang mumpuni.

    Kalau tidak berwawasan, habislah kita di ulur-ulur pemerintah/dep pendidikan yang seolah cuek aja bisa kecolongan buku anak SD ada cerita esek-esek-nya atau ada soal cerita “selingkuh” dan bla bla bla yang bikin miris hati. Ko bisa para petinggi yang pinter2 itu begitu ya ?
    Atau kita akan ludes di kadalin pabrik susu yang kudu mimum susu ini, susu itu, yang kata iklannya supaya anak kita jadi wuuuaaHHH pinternya, yang sayangnya pemerintah juga adem ayem bae yang penting ada komisi, sebodo amat para penerus bangsa pada blo’on juga 🙁
    padahal ilmuwan sedunia bilang yang terbaik itu ASI, bukan susu sapi serbuk apalagi susu sintetis..

    mudah2an kita para orang tua dan masyarakat nusantara mau jujur bahwa memang kita telah mengalami kemerosotan moral dan mental, dan mau bersama2 menerima adanya info dan wawasan yang membangun anak2 kita, bukan menyanggah info2 membangun tsb hanya untuk pendapat/show/kepentingan pribadi.

    Berharap kepada pemerintah seperti pungguk merindukan bulan.
    Anak2 punk di lampu merah (yang katanya ingin hidup bebas tapi mengganggu orang lain) saja didiamkan oleh Polisi yang liat tepat di depan jidat.. karena tidak bisa ditilang supaya keluar duit, dan tidak ada laporan masyarakat katanya..
    Harusnya di amankan karena keliatan pake mata mengganggu: para penumpang di angkot (ngamen tapi maksa)/pengemudi mobil (suka menggores mobil bila tidak diberi uang)/perempuan yang melintas (digoda tidak layak)/ kencing sembarangan/ kaga mandi/ dll
    gimana anak mau jadi penerus bangsa.. ??
    Gimana polisi mau jadi pelayan dan pelindung rakyat ?? dll dll dll

    apalagi ngurusin perbaikan program pendidikan, yang notabene jadi bisnis besar buat para petinggi… kayanya ngimpi kali yee…

    pun, pendapat ini masih umum, belum disarikan seutuhnya dengan ajaran Rosululloh saw karena saya awam bin bodoh binti kufar..
    bila dikaitkan dengan ajaran islam, maka semakin banyak yang melenceng di pendidikan nusantara ini dan harus diperbaiki.

    akhirnya, kita sendiri yang harus menciptakan keluarga dan lingkungan yang berwawasan tsb.
    mari waspada pada keluarga kita sendiri, mulai dari yang kecil, dan mulailah dari hari ini juga, dan doa agar nusantara kita jadi lebih baik

    terimakasih
    semoga berkenan dan semoga manfaat

    • Sepakat pak…dulu akhlak nomer 1 pendidikan no.2, jaman sekarang malah dah kebalik…orangtua lebih mengutamakan gengsi jdx ank yg dikorbankan

  10. Pendapat yg menyatakan anak TK dan SD belum dibolehkan belajar calistung sy rasa tidak sepenuhnya jg benar, krn anak2 hrs dididik dan dibina sejak dini. Hanya cara, waktu dan tekniknya yg harus dikembangkan agar lebih baik dan lebih tepat.

    • Saya setuju dengan Ry-Nay, kadang cara pembelajaran guru/orangtua ke anak berbeda. konsep cara membaca dan berhitung yang harus diubah. tidak diajarkan 1+1 = 2 itu salah, itu pengajaran yg KOLOT, jika anaknya hobi berhitung / membaca dan ingin tahu knp kita tidak memberikan ilmunya. masa kita larang. jika anaknya bosen ya tdk dipaksakan bukan TIDAK BOLEH DIAJARI CALISTUNG. menurut saya judul artikelnya yg harus diperbaiki. memang untuk TK yg penting anak harus merasa senang untuk pergi ke sekolah. tidak harus wajib bisa, yg penting si anak senang dengan sekolah ( pemikiran TK/paud )bahwa sekolah th bermain.. tp jgn terlalu dipaksakan hrs bisa CALISTUNG.

      mungkin judul artikelnya saja yg terlalu ekstrim 🙂

      jika salah mohon pencerahannya…

  11. Pendidikan yang utama bagi anak adalah pengenalan kepada Allah, apabila dia telah mengenal tuhannya dengan benar niscaya Allah melimpahkan kecerdasan baik jasmani maupun ukhrawinya…

  12. Pengalaman kami sbg guru TK dimana di sekolah kami yang ditekankan adalah pendidikan karakter n budi pekerti dimana diharapkan agar seorang anak akan memiliki kematangan emosi di saat dewasa. Dengan tidak menekankan pelajaran calistung bertentangan dengan kenyataan yg ada dimana di SD kls 1 anak anak sdh harus bisa calistung. sehingga jika anak anak tidak di ajar-
    Kan calistung di TK maka anak anak otomatis tidal bias masuk SD atau akan ketinggalan pelajaran nantinya. Belum lagi tuntutan beberapa ortu yg in gin anaknya cepat bisa calistung. Padahal kalaupun anak sdh bisa membaca, apakah dia sdh bisa mengerti APA yang dipaparkan di buku cetak?apakah dia sudah mengerti perintah suatu soal misalnya?Inilah yang menjadi kendala di banyak TK di Indonesia. Semoga bisa menjadi bahan masukan untuk pemerintah spy kurikulum SD di sesuaikan dgn kurikulum TK.

    • Betul BU Intan sebaiknya kur SD disesuaikan dgn TK, gmn TK ga ngajarin calistung wong pljarn di SD kls 1 sudah susah dan berat. Sedangkan guru SD ga mau tau klo ada murid yg ketinggalan. Mau ga mau ortu ngelesin anaknya.

  13. Harusnya depdiknasnya yg bertidak tegas,klau cm surat edaran percuma.Karena kenyataan d lapangan berkata lain,ank yg tdk bs CALISTUNG akn susah mengikuti pelajaran di kelas 1 karena kurikulumnya sangat susah kl anknya blum bs calistung.Terus yg ngasih kurikulum siapa,bukannya dr depdiknas juga?Terus siapa yg hrs d slhkan kalau bgitu,walpun ortunya mengerti kl msa balita tdk d perbolhkan bljr calistung tapi tuntutan kurikulumnya SD hrs bs calistung.Pasti org tua tdk mau anknya g bs mengikuti pelajaran,bhkan smpai tinggl kelas gr2 gk bsa calistung.Jd mhon jgn mnylhkn pra ortu..anda2 yg pintar2 benahi dlu sistem pendidikan dan kurikulumnya.Kalau sudah sesuai dg apa yg d katakan d artikel,psti ortu jg tdk mmaksakan ank2nya untuk belajar calistung.Terimakasih…

  14. Betul bu intan, akibatnya ank2 sd saat menjawab soal test lebih sering bingung krn mereka bisa baca tak mengerti maksudnya. Apa jwbn yg diminta oleh soal.
    Yang saya amati pula dr cara ank2 saya menjawab soal, mrk cemderung menjawab secara pendek2, sehingga klo jawabanx meski benar terasa kurang mengena. Tdk seperti cara saya tempo dulu wkt sekolah dimana cara menjwb soal essai adalah dgn menyertakan bagian dr pertanyaannya, sehingga kedengarannya lebih klop.
    Kalau saya menanyakan kenapa cara jawabx pendek2…mereka bilang mmg begitu karna gurunya nyuruhnya begitu.
    Kadang rasanya sistem pendidikan yg jadul dulu lebih enak drpd yg sekarang.

  15. Setuju buanget ama artikel ini. Lucunya di daerah saya tk belajar bahasa inggris seperti kewajiban. Karena masuk sd ada tes bahasa inggris. Indonesia perlu berbenah bukan hanya revolusi mental untuk guru da penyelenggara pendidikan, tetapi juga revolusi kurikulum. Maw di jadikan apa penerus bangsa ini, INGAT penerus bangsa ini salah satunyammerupakan anak cucu anda. Tulisan ini wajib di share dan dbc kan agar indonesia lebih mawas. Kalo mau komen negatif silahkan buat anda sendiri. Buat guru tk jangan tersinggung tp jadikan sebagai koreksi, saya guru tk juga kok.

  16. kurikulum 2013 sudah mulai jalan kok tahun ini yg memntingkan sikap akhlak dan budi pekerti 80% ilmu pengetahuan 20 persen. sempet ada rapat ortu dengan diknas tujuan kurikulum ini adalah membentuk generasi indonesia emas dimana anak akan lebih terbentuk sikap dan akhlaknya kelak dewasanya menjadi generasi yg jauh lebih baik lagi. fyi kurikulum kaya gini sudah dipake diluar negri puluhan tahun yg lalu. coba deh jalan2 kesekolah singapore pada saat jam istirahat cuci tangan antri tangan dilipat subhanallah disiplin banget tujuannya biar gag saling dorong satu dengan yg lain (bandungkan dengan sekolah disini lari2an ujung2nya main air ). Contoh budaya barat yg baik2nya. Dijepang service exelent untuk retail. disuiplin penduduknya pun sangat tinggi perhatiin deh kalo org jepang ambil barang trus gag jadi beli dia akan kembalikan barang tersebut ditempat asalnya. Semua terjadi gag begitu aja mereka dididik disiplin dari dini, akhlaknya oke terbukti dengan prakteknya.

    Pendapat mba yani memang terbukti saya merasakan, angkatan saya sd tanpa tk oke kelas satu baru belajar baca ini ibu budi, saya sendiri alhamdulillah sudah bisa membaca dan membaca alquran sebelum masuk sd karena terbiasa dengan linkungan kakak2 saya. saya yg berkeinginan belajar jadi tanpa dipaksa.
    Kalau saya bandingkan dengan ank2 saya ampuun maesti super ngejar ngedidik akhlaknya sempet bangga si tk aja udah bisa berhitung puluhan diluar kepala krn saya masukin les sempoa cuma saya rada keteter dengan sifat egois tdk begitu peduli dengan sekitar, ngerapihin kamar mesti ngoceh ampe 3x baru didenger. mungkin itu karena saya mengedepankan ilmu pengetahuan ketimbang akhlak. Berbanding terbalik dengan cara didik ortu saya.

    Intinya mengedepankan akhlak dan disiplin lebih penting, bisa efek kesemua baik dilingkungan sekolah, rumah, maupun pekerjaan.

    Salam

  17. saya setuju dengan postingan mba yani ,, saya begitu ingin menulis tentang pendidikan mental dan budi pekerti untuk kurikulum 2013 …
    terima kasih

  18. Ibu bilang kitalah yg hrs memutus lingkaran setan itu, tp kl semua sekolah adalah lingjaran setan, lalu bagaimana kita memutusnya? Kl Home schooling apa dapat ijazah yg bisa diakui setara ijazah sekolah umum? Kl kita mengikuti aturan anak tk tidak diajarkan calistung, sementara saat dia masuk sd, dia akan minder krn teman2nya semua sudah bisa calistung, bagaimana memutus lingkaran setan ini tanpa harus home schooling?

  19. Bagus artikelnya….membuat qt guru TK pingin segera bertaubat…. BUT kalau tobatnya bukan tobat nasional…qt bs jadi kambing hitam juga…. jangan masuk TK itu…tdk akan bs masuk SD misanya…gmn…….

  20. Sebagai seorang pendidik usia dini saya sangan setuju bu, izin share spy hal ini dpt membuka mata dan pikiran seorang pendidik dan ortu

  21. Bagaimana anak bisa masuk sd faforit kalau tk tidak diajari kalistung ? padahal masuk ke sana smua pakai tes kalistung. benahi dong skolahnya

  22. Setuju buu anak kita bukan robot yg harus jadi apa yg kita mau….”banyak dari kita” yg sibuk dan heboh kognitif dan lupa ngajarin tanggung jawab dan kemandirian….

  23. Bagus artikelnya pak..anak sy paud umur 3.5 tahun fullday.ketika bertemu ustadzahnya dan menanyakan keluhan tentang anak saya jawabannya adalah:semuanya sudah bagus..tp mas atta masih belum bisa pegang pensil dg benar.di dalam buku penghubungnya pun begitu:tolong diajari membaca di rumah.
    tapi selama ini ndak pernah sy ajarin.meski sebelum masuk sekolah dia sudah mengenal huruf a-z..tapi itu semua sambil lalu,blajar lewat poster dan sy g tau kalo dia udah apal..kalo itu dianggep bonus aja.anak kecil tidak perlu dipaksa.

  24. Homeschooling menjadi suatu pilihan pendidikan bagi anak saat ini. Dengan maraknya bully,kriminalitas pd anak-anak, stress dan perubahan kurikulum yang membingungkan. Kami memperkenalkan Homeschooling dan Cyberschool (sekolah jarak jauh) yang fleksibel, biaya terjangkau dan customized. Cek website : http://www.anakpanah.sch.id / atau hubungi : 0811134560

  25. Saya guru di sekolah alam hampir 7 tahun. Pada dasarnya saya setuju dengan tidak melombakan kemampuan calistung anak TK. Landasannya: berdasarkan teori emosi psiko sosial Erikkson usia bersaing mulai 7 th. Teori Erikkson menjadi dsar banyak sekolah Alam, sekolah kreatif danll.
    Namun bukan usia tidak siap kognitif.. menurut ahli justru itu beda pembahasan. Berdasarkan ahli otak untuk tidak mengenalkan calistung, ahli otak yg mana ya? Btw ahli otak juga beda2 pendapat dg apakah mulai mengenalkan, mengajarkan suku kata hingga kalimat yg berarti sudah membaca.

    Teknik pun selalu berkaitan dengan pola perkembangan usia manusia. Kesalahan mengajar seperti membentak, memahari hingga terpusat pada kognitif saja dan bukannya motorik, menghilangkan nilai dan jiwa pengusaha memang tidak boleh terjadi dalam lingkup pendidikan. Harus diakui ini menjadi koreksi kita bersama. Lomba2 kognitif menjamur sejak usia dini namun lomba motorik? Lomba anak sholeh? Lomba kreativitas nasional ?

    Namun bukan berarti tidak boleh mengenalkan huruf atau membaca menurut ilmunya. Piaget sbg bpk. Psikologi pendidikan meneliti sejak 1800 an memang otak anak baru berkembang secara formal namun sudah bisa belajar kongkrit di usia 3-6 tahun. Di tahun itu sudah diteliti kemampuan anak usia 3 memproduksi kata, hingga mengenali tulisan simpel. Tinggal metodenya jangan ngawang, jangan kayak anak kuliah, kita kongkritkan sebagaimana tajap perkembangannya (ilmu anak masuk dlm kategori pedagogi dlm psikologi), meski faal otak adalah ilmu eksak.

    Sangat bagus artikelnya berpihak pada anak, namun sebaiknya dikembalikan ke sejatinya anak dikelupas dari dimensi sosial, kognitif, motorik dll. Salam.

  26. erika dan dunia luar memang tidak suka jika bangsa kita menjadi bangsa yang maju… Jadi dengan alasan SURVEY dan segala MACAM ISTILAH yang aneh itu memberikan masukan kepada instansi dikbud yang isinyapun orang goblok yang sudah dicekoki pikiran jahiliyah … jadilah ikutan menambah porsi kebodohan rakyat ini…

    Demikian juga dengan pernyataan JANGAN MEMARAHI , apalagi jika yang sudah ngomong aras nama HAM (red : “Anjing ) … Jadulah bangsa ini mengamalkan HAM dari pada Sunnah Rasul yang lebih menyuruh pukul anak kisaran 7 – 10 tahun jika tidak shalat.

    Banyak ajaram Islam yang kita abaikan hanya karena terimaan kita terhadap Anjing Amerika itu. Dan Islam itu universal… perkataan Rasul SAW iru untuk semua anak di seluruh permukaan bumi Allah ini. Tak ada perbedaan karakter antara orang barat dan orang timur. Masalah kebobrokan moral bangsa seperti oknum DPR/MPR saat ini adalah tamggungjawab guru-guru goblok yang percaya Survey-survey barat seperti itu.

    Saya termasuk orangtu yang keras menentang ini… anak-anak saya umur 4 tahun sudah lancar membaca. gak heran jika guru TK dan guru SD nya terbantu. Dan sampai hari ini, jika harus mendapat rangking tiga di kelasnya merupakan penyesalan yang terbesar baginya, karena terbiasa rangking 1 .

    Mungkin yang berbeda dengan teman-teman sebayanya hanyalah , ketika kedua anak saya (laki-laki) sangat menyesal jika harus mengalami kehujanan sehingga tidak bisa pergi mengaji sore, dan jika ketiduran / kelupaan shalat 5 waktunya.

  27. menurutku asal anaknya senang, orangtua harus mendukung dan support thd kesenangan anak itu yg positif. kl anaknya senang mau belajar baca ya didukung,kl anaknya seneng belajar ngitung kt dukung,kl anaknya senengnya nari didukung. kl anaknya senengnya sepakbola ya didukung. apasaja yg bs menunjang minatnya tsb tmsk memberikan les yg terbaik atau mengajarinya langsung jk kt bs.yg tdk baik adalah memaksakan kehendak mengajarkan hal yg dia tdk senangi. kl men support apa yg anak itu senang, berarti kita mendukung bakat dan masa depannya.

  28. Tp sekRang ank tk da diajari calistung,msk sd ank sdh ditntut menguasai calistung,,sehRusnya ada pembaruan peraturan

  29. Nyatanya kan sekarang untuk masuk SD harus tes. Malah anak saya ketika akan masuk SD swasta (sekarang kelas 4) harus tes calistung. Dan parahnya lagi yang menguji bilang bahwa anak saya harus rajin menulis karena tulisannya kurang bagus (huruf tegak bersambung). Padahal waktu itu anak saya lulus TK aja belum :(. Jadi harus bagaimana ya bu? Saya masih punya 2 anak yg msh balita dan pastinya akan masuk SD.

  30. Halo Bu sy cm maw share pengalaman sja DRI cara Didik Org tua sy,, Org tua sy backgroundny guru puny 3 anak, sy anak pertMa Dan DRI kcil Kata ibu sy umur 2 thun sy sdh hafal alfabet,, ortu sy rajin skali mngjarkn calistung waktu sy kcil Dan sy pun msuk SD umur 5 tahun Tpi alhmdulillah sampai SMA sy tidal pernh mrasa terbebani nmun sy senang skali bljar sy jg sering jd juara kelas walaupun cm di SD Negri di kampung Dan sy jg Sudah S2 skrg dan sdh puny baby jg,, Dan mnurut sy cara ortu sy mngjr tidak mengurangi kmampuan berempati. Beda halny dengan adik sy yg bungsu ortu sy sudah sibuk bkerja jarang mengjarkan calistung DRI kcil malah adik sy mnjdi mania Dan sdh SMA skrg TDK suka bljr Dan sering bolos,, mungkin perkmbngn setiap anak jg berbeda beda ada yg mmng senang dengan keilmuan ada jg yg lbih senang aktifitas lainny,, masalah empati yg pnting DRI kcil diajarkan nilai2 moral.

  31. Saya sudah sering baca artikel2 seperti ini..saya sangat setuju..Yang salah itu kurikulum pemerintah…materi SD kelas 1 aja udah tinggi banget..apalagi pas kemaren buku kurikulum 2013..

  32. Di SD saya mengajar mng sdh ada tes sblm ank di terima…tapi setauh saya bkn untuk menyisihkan ank yg ga bsa bca..cm waktu tes ank d minta ngaji.nyanyi.bca puisi.hafalan alguran.klo bisa bca slkn bca.klo bsa nulis slkn nulis .nanti gru lbh gmpbg dlm membgi kls…jd ga numpuk yg udh bsa bca d kls yg sm n ga numpuk jga yg blum bsa bca,d kls yg sama..krna setau sya yg ga bsa bca d terima jg.yg ga sklh tk tpi umur udah 7 thn at lbh d terima jga…jdi judul nya yg perlu d ganti kyknya bkn tes msk sklh lgi…kira2 apa yg tepat ni nmnya ya….sya jg kurng berkompeten saya guru b .ing SD…..klo bljr d mlai dri membaca saya kira jga tidak ….krna kls 1.2.3 di SD saya hanya mengajar b.ing dg mendengar dlu.saya yg menyebutkan ank mendengar dg mengamati gambr at benda nyata dan tiruan..kemudian bru ank d suruh berbicara hanya dg jawaban sederhana dlu yes atau no..kemudian bru dg pertanyaan sederhana what is it?..brulah ank menyebut benda yg d mksd…membaca nya kpn…menulis kpn nanti d kls 4…..so benar ank kcl jg sprti itu dengarkan ia dg bnyk cerita yg memiliki moral value..biarkan dia bermain peran dg mainan nya…ajak dia berkomunikasi yg baik…tapi ank saya di tk skrng bru umur 6.5 th..dia ufah bsa baca.nulis ngaji alquran….saya tidak tau bgaimna guru tk ank saya menstimulus ank sya hingga bsa bgini…ketika sata berkunjung ke sklhnya ada ank yg bsa baca ada yg blom ad yg ngaji alquran ad yg msh iqro..itu saya lihat d kls yg sama….klo pun belajar tmbhn ank saya hanya saya mskan ke kls mengaji……tidak kls calistung….

  33. Artikelnya bgs sekali..banyak masukan yg bs dipetik dalam pengajaran kepada anak. Tetapi peraturan pemerintah belum dijalankan sama sekali oleh sekolah2..90% sekolah menerapkan ujian masuk sd..dengan diberikan bbrp soal2..lalu bagaimna bs mengisi soal2 kalau tdk bs membaca dan menulis?kt sebagai org tua diberikan pilihan sulit.di satu sisi kt tdk mau memaksakan apa yg belum waktunya diajarkan tp pd satu sisi jika tdk diajarkan mrk tdk bs meneruskan ke sd.seharusnya pemerintah lbh tegas kepada sd2 yg menerapkan ujian masuk ke sekolah mereka

  34. Mayoritas kan anak2 bermain smbil blajar,gak masalah lah slma dia seneng,dan biasanya huruf2 dan angka diselipkan pada nyanyian justru lebih bagus dong,krn biasany mrk cnderung lbih snang hal2 spt it.mewarnai,bernyanyi dan bermain permainan yg di selipkan angka dan huruf abjad jga lebih di gemari anak2……
    Apa bermain sambil belajar spt it jga tdk disarankan?!?yg salah mnurut saya bkn calistungnya,tpi metodenya saja,apalagi yg terlalu maksa.
    Trus jga,kayany crta2 diatas jga agak lebay,skali lagi yg slh bkn pelajaranny,tpi krn akhlakny..
    Klo dri kcil ditnamkan akhlak yg baik,toh gedeny banyak yg jdi org bener…
    Masih banyak org yg akhlakny baik diluar sana,namun mungkin sbagian besar org lebih ska menghujat,mkanya org2 yg salah saja yg terus menerus jadi topik…
    Yg paling penting yg musti ditanamkan ke anak2 ya sikap positif,dan sebagai org tua hindarilah bersikap seakan-akan dunia ini buruk dan dikotori org2 buruk pula.Krn sedikit bnyak keyakinan anda berpengaruh pada alam bawah sadar anak2 tnp kita ktahui,,,,
    Kasian kan anak2,bgaimana mrk mo mengexplore dunia jika mrk menganggap dunia ini buruk krn org2 didalamnya buruk.
    Jadi,ada baikny sblum sok tau tentang hal yg baik buat anak,berkaca dulu lah,,,

  35. Sangat menarik melihat respon bapak2 dan ibu2 dsini. Kita semua pasti ingin anak2 kita menjadi orang yang berguna dan pintar dikemudian hari. Namun saya kira hal ini harus kembali berawal dari rumah, ayah dan ibu harus mengedukasi dirinya dulu sebelum mengedukasi anak atau membeli edukasi untuk anak. Salah satu cara untuk mengedukasi diri adalah kritis membaca artikel. banyak sekali artikel psikologi dan kognitif bertebaran diinternet tanpa ada sumber yang jelas, terbit di jurnal apa, peneliti nya siapa. Pun jurnal atau papernya ditemukan ternyata setelah dibaca sampelnya ternyata sangat sedikit, atau kesimpulannya belum final. Berhati-hatilah membaca artikel populer yang mengutip hasil penelitian, karena dapat menyesatkan. Saya rasa yang patut digarisbawahi adalah setiap anak adalah unik dan harus diperhatikan serta diberi ruang untuk tumbuh secara alami, kita tidak dapat meng generalisir satu metode yang baik untuk seorang anak baik juga untuk anak lainnya. Disamping itu tujuan utama pendidikan bukanlah sebagai pabrik yang membentuk anak2 kita menjadi faktor-faktor produksi/komoditas, melainkan menciptakan insan yang mampu berpikir untuk dirinya sendiri dan orang lain serta bermanfaat untuk lingkungannya, dan tak lupa adalah untuk menjadi makhluk yang BERBAHAGIA.

  36. Mungkin inti sebenarnya dr smua ini adalah tidak memaksakan pada anak harus bisa utk calistung…mgkn dgn membiasakan diri dengan bermain sambil menyelipkan sedikit2 demi sedikit hurif lebih efektif…krn otak anak tdk dipaksa bekerja trllu dini..
    Memang beda sifat anak yg skolah umur 2th dgn yg tdk..sperti yg saya alami..
    Krn suami saya tdk boleh anak kami msuk paud trllu dini..
    Tp alhamdulillah sifat ny lebih penyayang..punya empati n simpati akan sekitarnya..
    Skrg 2th sdh hafal bbrp doa..bkn saya paksa..
    Tp dibiasakan..alhamdulillah..
    Krn sya trmsuk org yg tdak stuju utk memaksakan anak calistung atau ikut lomba ini itu..
    Lebih baik biarkab mengalir. Smua itu ada masanya..

  37. Sangat bagus pak artikelnya. Memang sekarang tuntutan orang tua terlalu tinggi dan tidak berdasar, hal ini mungkin pengetahuan orang tua yang sangat minim. Kebanyakan para orang tua ketakutan ketika wali murid bilang, anak harus sudah bisa baca sebelum masuk SD. Semoga dengan artikel yang bapak buat akan lebih membuka wawasan para orang tua agar tidak menuntut anaknya harus sudah lancar baca, padahal anak masih usia tk atau paud. Metode Belajar abaca boleh dicoba dan metodenya akan berbeda dengan yang lainnya. Namun hasilnya sangat oke banget. Nice sharing..

  38. Sangat bermanfaat diitengah perdebatan bolehkah anak dibawah 7 th diajarkan calistung..ijin share ya semoga menjadikan pertimbangan bagi para ortu makasih

  39. Tapi kenyataannya disekolah dasar kebanyakan guru kelas 1 tidak mengajarkan calistung pada anak didiknya, namun langsung mengajak siswa membaca teks di buku dan jika mereka mengetahui ada anak didik yang belum bisa calistung, guru akan memanggil orang tua murid dan menyarankan agar anak dileskan calistung supaya cepat bisa. Buku dari pemerintahpun isinya cukup berat dipahami untuk anak yang sudah bisa membaca sekalipun. Pelajaran yang diajarkan dikelas 3(kurikulum 2006) tentang ciri makhluk hidup sudah diajarkan dikelas 1(kurikulum 2006). Di kelas 2 semester 1 buku tema 2, anak -anak sudah diajarkan perkalian dan konsepnya ( pada kurikulum 2006 baru diajarkan di semester 2).dan masih banyakkkkkkkkk lagi yang lainnya. jika kelas satu baru belajar calistung bagaimana anak-anak bisa siap di kelas berikutnya?
    Saya sungguh tidak mengerti dengan jalan pikiran orang-orang pintar di Kementrian Pendidikan …..

  40. Jangan samakan dulu dg skrg, pelajaran di sd skrg tidk sprti dulu. Silahkan lgs cek yg diajarkan di kurikulum sd skrg. Yg jelas antara pendidikan di tk dan sd tidak sinkron. Pemerintah tdk mau melihat dg detil dalam membuat program/kurikulum…. sangat menyedihkan potret pendidikan di negara kita…..

  41. Seharusnya pembahasan ini segera dpt tanggapan dr berbagai pihak..khususnya pembuat kurikulum TK dan SD..agar sinkron.. yg srg sy temui d TK skrg ini sudah d ajari calistung..di SD pun syarat masuk harus bisa baca..hayo..gimana itu ??? Carut marut yg dkorbankan anak2 kita…

  42. Saya tidak baca semua komentar karena terlalu banyak. Jadi mungkin komentar saya ada yang sama. Saya setuju yang paling penting ditanamkan kepada anak balita adalah pendidikan karakter atau pendidikan agama. Anak perlu belajar bersosialisasi, belajar mandiri, disiplin sesuai dengan usia dan perkembangannya. Anak perlu banyak bermain, bernyanyi, mendengar cerita, mendengar musik dan bersenang-senang bersama orang tua dan anggota keluarga lainnya serta teman-teman seusianya.

    Tapi menyisipkan waktu beberapa menit sehari untuk belajar membaca atau pengetahuan umum seperti pengenalan warna, hewan, angka dan huruf tentu saja tidak ada salahnya kalau dilakukan dalam suasana bermain. Apakah mengajar anak beberapa menit sehari lebih buruk dibandingkan membiarkannya menonton TV atau main tablet berjam-jam? Yang penting, pelajaran dilakukan dalam waktu singkat dan dalam suasana gembira. Tidak ada paksaan dalam bentuk apapun dan tidak perlu ada target yang kaku. Itulah yang saya tekankan kepada semua orang tua yang membeli produk flash card Bayi Pintar.

    Saya menghargai semua pendapat yang berbeda karena itu akan memperkaya wawasan kita.

  43. Prof. Adel, salah seorang neuroscince asal Amerika telah melakukan banyak riset terhadap perkembangan otak anak-anak usia dini. Beruntung saya dapat menghadiri seminar yang di adakan oleh HIMPAUDI di Univ. Pendidikan Indonesia. Pre frontal cortex/PFC adalah bagian otak yang bertanggungjawab terhadap daya pikir anak-anak. Memang benar, beliau menganjurkan anak-anak tidak di paksa memahami dengan cara Story-Verbal, salah satunya ya dipaksa dapat membaca. Tapi dia menganjurkan anak-anak untuk di ajak Story-Telling agar memahami sesuatu. Bahkan dengan lantang dia mengatakan anak-anak yang sering di ajarkan lewat story-telling pada umur 0-7th maka kemampuan story-verbalnya(membaca) akan lebih meningkat di usia lanjut.

    Namun tak ada salahnya kita mengenalkan huruf-huruf dengan menggunakan alat-alat sederhana secara menyenangkan. Dari kontemplasi ini, saya ciptakan media pembelajaran yang bersahabat untuk mengenalkan huruf-huruf dan angka. Semoga karya saya ini dapat berguna untuk para orang tua yang ketakutan anaknya tak mengenal aksara.

    https://www.youtube.com/watch?v=8BgLStruexs

    Saya berharap alat saya ini berkembang menjadi Story-box, yang merangsang anak-anak usia dini bercerita tentang kehidupannya.

  44. […] 2nd July 2014 0 comments Article Uncategorised tnt Pertanyaan bpk ANH: Apa dengan tidak mengajarkan ke anak (Calistung) di usia emas nya itu berarti memanjakankan anak yang memiliki kemampuan akademisnya….. Kita khan bisa menyelipkan huruf2 ato angka2 dalam proses bermain anak. Kalau mereka mampu kenapa tidak diteruskan (kemampuan otak anak juga berbeda-beda ada yang mudah nangkap dan ingatannya tajam dan ada juga yang tidak khan Bu…..) Jawaban: Jd begini Pak, kami menyadari bahwa mayoritas orang Indonesia itu tdk memahami perkembangan otak anak, hal itu mengakibatkan para ortu salah mengasuh dan para guru salah mendidik. Dan apa akibatnya dr salah2 itu? Kita bisa lihat orang tua yg seharusnya sdh dewasa bertingkah spt anak2. Banyak. Contoh gampangnya anggota DPR kita yth. Tingkahnya persis anak TK. Kerja nggak bener tp minta imbalan lebih, nggak dikasih ma rakyat tp malah ngelunjak. Contoh ke-2, kita lebih banyak mencetak insan2 bermental pegawai bukan visioner, bukan pakar/ahli dibidang masing2, bukan orang2 yg bermental pengusaha pembuka lowongan kerja. Rakyat Indonesia tdk suka mengambil resiko kegagalan, pilih jd pegawai krn tenang mendapat gaji bulanan tp ketika di PHK kelabakan nggak punya keterampilan. Contoh ke-3, kita terbiasa mengapresiasi rangking teratas (5/10 besar), nilai sempurna (80-100) kita jarang mengapresiasi kerja keras mereka dalam belajar. Padahal ada anak yg sudah belajar mati2an tapi mereka tetep gak dpt nilai bagus gak dapet rangking krn kemampuan mereka tdk sama dan bakat mereka pun beda2. Akibatnya? ketika UN sekolah melakukan kecurangan diamini oleh ortu (sdh terjadi bukan?) Kalau anak2 kita terbiasa dihargai kerja kerasnya bukan angka atau nilainya semata, mereka pasti menolak disuruh curang, karena mereka PD dengan hasil usaha belajarnya sendiri, tapi nyatanya…buanyakkk anak2 itu yg melaksanakan perintah memalukan itu. Dan kita sekarang pun memiliki pahlawan cilik kejujuran segala. Para ahli otak di dunia termasuk di Indonesia semacam Indonesian Neuroscience Society sdh lama melakukan penelitian bahwa: otak anak2 itu belum berkembang sempurna(matang) hingga dia berusia 20-25th! stlh sempurna baru mereka dianggap yg namanya “Dewasa”. Bayangkan! Otak kita dibagi 3: batang otak (diatas leher), limbik (kepala bg belakang), dan pre frontal cortex/PFC (kepala bag depan/di jidat). Perkembangan ketiganya itu pun sesuai dng urutan diatas. Jd PFC itulah yg terakhir berkembang dng sempurna dan yg menandakan seseorang mjd dewasa. Kita pasti sdh familiar dengan kisah Rosulallah yg ketika mengimami sholat beliau sujudnya lamaaaa sekali. Lalu para sahabat bertanya: “kenapa lama? apakah Rosulallah sedang menerima wahyu dr Allah SWT?” Rosul menjawab:”tidak, cucuku tadi menaiki punggungku”. Jd beliau menunggu sampai cucunya turun dr punggungnya. Beliau tdk memberi isyarat pd cucunya unt turun. Tak spt kita, kalau kita paling dicubit itu anak hahaha.. benar bukan? Apa yg kita petik dr kisah diatas? Rosul lebih mementingkan/mendahulukan cucunya yg sedang bermain2 ketimbang ibadahnya! Subhanallah…! Dan apa hubungan kisah diatas dengan perkembangan otak? Sambungan otak anak2 itu belum sempurna, otak mereka baru siap menerima hal2 kognitif pada usia 7-8 th. Sebelum usia itu, dunia mereka yg pantas adalah hanya bermain, bermain dan bermain. Dan mereka PUN tidak boleh DIMARAHI. Allahuakbar! Sebelum ada ahli otak yg meneliti, Rosulallah sudah menerapkan hal itu pada cucunya! Lalu apa akibatnya kalau masa2 usia bermain mereka direnggut untuk belajar hal2 yg kognitif? –> Dewasanya kelak mereka bertingkah spt anak kecil: suka mengurung burung demi kesenangannya sendiri, sakit2an karena ingin diperhatikan orang2 sekitarnya, spt anggota DPR yg saya tuliskan di atas, korupsi demi kepentingan diri sendiri/keluarga/golongan dan tdk merasa bersalah malah ngeles terus di pengadilan, dannn sikap kekanak2an lainnya Kalau kita ingin membuktikannya, ada ciri2 yang mudah kita lihat bahwa perkembangan otak anak2 belum siap untuk menerima hal2 kognitif : (1) ketika kita membacakannya sebuah cerita/dongeng mereka akan meminta kita mengulanginya lagi, lagi dan lagi. Kita yg tua sampai bosen tp dia tak pernah bosen mendengar cerita kesukaannya itu diulang2 berkali-kali berhari-hari. (2) mereka yg antusias belajar membaca lalu bisa, tapi mereka tidak paham dengan apa yg mereka baca. Silahkan dipraktikkan. Kalau mereka hari ini minta dibacakan cerita A besok minta cerita B besoknya lagi C esok lagi D dan kalau mereka sdh paham dengan apa yg dibacakan, artinya otak mereka sdh siap menerima hal2 yg kognitif. Lalu apa yg seharusnya kita ajarkan pada mereka (0-7/8th)? 1. JANGAN DIMARAHI 2. TIDAK DIAJARKAN MEMBACA, MENULIS, MENGHITUNG. 3. Bermain role play; memahami bahasa tubuh, suara dan wajah; berbagi hal yg memberikan pengalaman emosional, field trip, mendengarkan musik, mendengarkan dongeng, 4. Bahkan, anak usia 0-12th pengasuhan dan pendidikannya ditujukan untuk membangun emosi yg tepat, empati, (mood & feeling) Jadi, aturan pemerintah tentang usia masuk SD harus minimal 7th itu bukan tanpa alasan. Tentu boleh2 saja menyelipkan angka dan huruf, tapi tidak belajar membaca dan menulis dan menghitung. Mudah nangkep & ingatannya tajam atau tidak bukanlah ukurannya. Bagaimana dengan tidak mengajarkan anak calistung diusia emas diartikan kita memanjakan anak? wong dia belum bisa mikir itu sudah waktunya dipelajari atau belum ? Usia emas itu jualannya susu Formula Pak..  Usia emas semestinya kita artikan sebagai masa2 tumbuh kembang anak yg paling pas untuk kita tanamkan budi pekerti dan akhlak yg mulia. Slogan TK: bermain sambil belajar, belajar seraya bemain JANGAN diartikan dng BELAJAR calistung. Para peneliti otak diseluruh dunia sepakat bahwa PFC seorang anak belum siap untuk dijejalkan hal2 yg kognitif. Apa akibat dr pemaksaan terhadap hal2 kognitif? – membuat anak tidak mampu menunjukkan emosi yg tepat. – kendali emosi (intra personalnya terganggu) – sulit menunjukkan empati. Sudah banyak ortu yg mengeluhkan: anak2nya ketika masih usia dini sangat antuasias belajar CALISTUNG lalu ortunya merespon dengan memberikan porsi lebih banyak entah mengajari sendiri secara intensif atau memasukkannya ke les2 calistung daaannnn ujung2nya datang pada satu masa anak2 itu bosan lalu akhirnya mogok belajar mogok sekolah. mereka menjadi malas. Itu terjadi karena otaknya yg terforsir sudah kelelahan. Bahkan ada yg saat mau ujian malahan blank, nggak bisa mikir sama sekali. Tenang, Pak… kita hanya perlu waktu 3 bulan untuk melatih seorang anak bisa metematika, namun diperlukan waktu lebih dari 15 tahun untuk bisa membuat seorang anak mampu berempati, peduli teman dan lingkungan serta memiliki karakter yang mulia untuk bisa menciptakan kehidupan yang lebih baik. Ini sudah terbukti. Jadi sudah sangat jelas alasan saya tidak setuju dengan diadakannya lomba calistung untuk anak TK dan sederajat di Madrasah kita. ahh belum lagi efek kejiwaan yg dihasilkan pd anak2 itu karena mengikuti lomba2 terlalu dini apalagi calistung. Sudah terlalu panjang, kapan2 Insyallah saya tulis jg disini. Wassalam. *Pengetahuan yg saya tulis diatas saya dapatkan (sarikan) dari hasil mengikuti seminar2 parenting ibu Elly Risman, Psi dan talkshow2 serta tulisan2 Ayah Edy. *Ini saya lampirkan Surat Edaran Dirjen Mandikdasmen tentang larangan Calistung pada PAUD dan larangan ujian/tes untuk masuk SD. Silahkan di download. Bisa ditunjukkan pada sekolah yg memberlakukan syarat tes calistung untuk masuk SD dan sederajat. sumber […]

  45. Saya setuju mba dengan artikel yg mba tulis soalnya anak sy skrg belajar di TK A dan untuk bisa lanjutin ke TK B hrs bisa Abjad dan berhitung…kadang saya kasihan dengan anak saya yang dituntut harus bisa mengikuti semua itu…

Tinggalkan Balasan