Bertengkar dengan Pasangan


Seorang sahabat di pulau seberang mengirim SMS ke saya: Apakah kalian berdua juga sering bertengkar?

Saya langsung berargumen dalam hati. Bukankah sesuatu yang mustahil dalam sebuah rumah tangga tanpa pertengkaran? Dan ingatan pun berbalik arah ke masa di tahun-tahun awal pernikahan kami.

Rasa-rasnya dulu kami sangat intens bertengkar. Dan saya rasa semua pengantin baru juga begitu karena merupakan proses penyatuan dua kepala dan hati yang berbeda. Namun semua harus pada batasannya. Bagi kami pertengkaran itu perlu tapi tidak boleh ada kekerasan fisik & tidak ada kekerasan verbal (merendahkan kekurangan pasangan). Satu lagi, jangan teriak-teriak sampai tetangga dengar 😀 malu dong ah.

Ohya, saya juga selalu melaksanakan petuah orang tua dan agama yang pernah saya dengar, bahwa jangan sampai suami istri yang tinggal seatap tidur terpisah gara-gara bertengkar. Makanya, entah saya yg salah atau yg benar, saya akan nguntit kemanapun si dia tidur. Kalau pun dia tidur di lantai saya akan tarik selimut tidur disebelahnya hahaha. Manjur lho *kedip2*. Kalau kita memang dasarnya sayang sama pasangan dan niat hidup berdua sudah komitmen hakiki nggak tahan kok bertengkar lama-lama, percaya deh 😀 Jangankan 3 hari berturut-turut, sejam aja bosen marahan 😀

Pertengkaran pada awal-awal tahun perkawinan merupakan penggemblengan egoisme diri masing-masing pihak. Biasanya masalah yang menimbulkannya adalah topik-topik besar seperti keuangan, tentang keluarga besar kedua belah pihak dan sebagainya. Untuk itu, prinsip kami adalah: lebih baik disini, rumah ngontrak sendiri… Begitu Ahmad Albar bilang 😀 So, dengan tinggal terpisah dari ortu dan mertua, kami bisa bebas berekspresi dalam menumpahkan pertengkaran (isi hati dan nurani) 🙂

Semakin menua usia perkawinan yang diharapkan adalah kedewasaan kedua belah pihak semakin matang. Alhamdulillah sekarang kami mampu menghadapi masalah-masalah besar dengan baik. Tidak seperti dulu lagi. Karena kami sudah mampu berbicara dengan kepala dingin, makin terbuka, makin menghormati pendapat pasangan dan makin memahami pribadi masing-masing.

Tapi jangan salah, walau kami mampu menangani masalah-masalah besar dengan mudah, justru malah masalah yang kecil dan sepele-sepelelah yang kini membuat kami bertengkar. Contohnya: memilih tempat makan saat kita berada di luar hahaha. Dan alasan pertengkaran itupun dikarenakan masing-masing pihak ingin menyenangkan pasangannya. Jadinya kami tak saling mengungkapkan pengen makan di mana huahahaha. Serius ini. Bisa-bisa kami malah nggak jadi makan dan di sepanjang perjalanan pulang kami akan saling diem-dieman sampai rumah. Baru kalo anak sudah tidur meledaklah bom yang sudah tersulut sumbunya hahahaha. Soalnya nggak lucu kalau saya makan di tempat makan A dia di tempat B, kecuali kalo di foodcourt sih gak masalah ya? Tapi kalo di bioskop bisa lho kami berangkat bareng tapi nonton pelemnya beda. Dia di studio 1 saya di studio 5 hihihi ini sih nggak masalah wong memang selera pelem berbeda dan kebutuhannya memang nonton pelem hehehe.

Dan sampai sekarang masalah demi memuaskan pasangan itulah yg membuat kami bertengkar wkwkwkwk. Bahkan saya bisa menebak, apakah nanti soal makan akan jadi bahan pertengkaran atau tidak hihihi. Lucunya, teteeeeep aja kejadian. Perlu disyukuri sih, pertengkaran kami adalah sesuatu yang sebenanarnya menggelikan.

Tapi percayalah, bertengkar itu ngangeni! Kalo sudah lamaaaa nggak bertengkar–tau sendiri kan, suami kerja di rumah jadi kita ketemu tiap jam tiap menit tiap detik–saya kadang mancing emosi dia. Dan kalau dia sudah kepancing dan marah, lalu saya bilang: Horee ayah marah… Muahahahaha…*istri kurang hajyar* :))

Kadang sayanya sendiri juga pengen banget marah, kadang dia juga menunjukkan gelagatnya lagi pengen marah, kalau sudah begitu kami sudah punya insting antara perlu dibiarkan atau perlu dirayu ahhahahaaha. Yang perempuan pahamkan kalau lagi mau datang bulan kadang ada bawaan pengen maraaah mulu dan itu si dia sudah bisa membacanya lhoo hehehe.

Biasanya kalau kami bertengkar saya jadi nangis. Hey! Kapan lagi nangis kalo nggak pas bertengkar. Trus gitu enaak banget kalo sudah nangis. Rasanya lega. Crying is healing, right? heee. Disamping itu, kalo habis bertengkar biasanya berlanjut bla bla bla, bla bla bla wkwkwkwkwk… tau sendiri kan buibu pakbapak 😀

Ngomongin soal rumah tangga kami, misi paling jauh rumah tangga kami hanya sesuatu yang simple: Saat kami sudah menjadi kakek nenek yg berjalan tertatih-tatih, kami masih bisa berdua nonton film di bioskop. Tapi saya tidak menjamin berada dalam 1 studio yang sama lho, mungkin dia di studio 1 saya di studio 5 hahaha.

Walau misi itu sangat sederhana, tapi filosofinya dalem lho. Artinya:

1. Kami hidup sehat dan setua itu masih mampu berjalan nonton di Bioskop.

2. Uang pensiun kami cukup, buktinya kami mampu nonton ke bioskop.

3. Anak-anak dan cucu-cucu kami telah sukses dan mandiri, karena kami pergi tanpa digelendoti mereka, hahahaha!

Semoga Allah SWT selalu menjaga kesehatan dan memberikan umur panjang yang barokah untuk keluarga kami dan selalu merahmati dan meridhoi keluarga kecil kami ini dan keluarga Anda semuanya. Aminnn.

Akhirukata, sudahkan anda bertengkar hari ini? wkwkwkwkwk yuuuk!


5 tanggapan untuk “Bertengkar dengan Pasangan”

  1. setujuu…ha ha, jadi inget-inget kapan terakhir bertengkar?. icch bertengkar itu ibarat bumbu sama dengan cabe, nggak bisa over dosis atau kurang musti passs, biar makin sedep 😀

    • hahahaa hayo sana “bertengkar” dulu 😀
      Betul3x setuju dengan takaran dosisnya yg pas 🙂

      btw sampean tu cepet bgt ya mbak komen disini…. jadi malu hihihi
      udh jarang OL ya, mba?

Tinggalkan Balasan