Unschooling Berijasah


Biar nggak penasaran, mari saya bisiki kegiatan Sofia selama nyaris 6 tahun nggak sekolah.

  1. Les piano cuma 3 bulan. Berhenti karena nggak cocok dengan yang diajarkan. Pengajarnya biasa ngajarin eskul anak sekolah, sih. Lalu uang les dikumpulin buat beli keyboard dan sofi sekarang malah sudah bisa main Fur Elise dan sedang ngapalin, Turkish March. Untuk lagu-lagu populer, sambil lihat notnya dia bisa langsung mainin. Alhamdulillah.
  2. Les renang. Hanya 2 atau 3 bulan saja. Setelah anaknya bisa renang lalu berhenti, karena dia nggak cocok berlama-lama di dalam air kolam. Padahal anaknya seneng banget berenang (hiks)
  3. Les bahasa Inggris level pertama, setelah 2 tahun berhenti karena jadwal bentrok dengan les taekwondo.
  4. Taekwondo 2 tahun. Berhenti karena diam-diam dia diet ketat mengurangi makan. Baru tahu ternyata modusnya biar kurus, biar ngga di-sparing sama anak yang lebih berat dari dia. Secara bodi tinggi tapi hati bayi. Alasan lainnya pelatihnya melanggar “aturan” keselamatan. Hag dez! Karena tingginya dia sering di-sparing sama anak cowok lagi! Tahu sendiri, anak-anak cowok agresif banget tendangannya, Sofia pernah ketendang kepala. Memang nggak sengaja tapi bikin pusing. Jadinya anakku kutilang (kurus tinggiiii langsiiiing) banget, hiks. Dia sendiri jadi tidak berminat dengan olahraga adu fisik.
  5. Ikut english club. Bertahan 1 tahun lalu berhenti karena ikut yang junior pesertanya kecil-kecil unyu-unyu trus jauh di bawah level Sofia tingkat pelajarannya. Kalo ikut yang kelas dewasa dia jengah dengan guyonan-guyonan orang dewasa. Ikut junior ketinggian, ikut senior keriwehan.

Setelah itu kembali ngendon di rumah. Dan kegiatannya antara lain:

  • Puas-puasin baca buku, ke perpustakaan, baca buku yang lain, baca buku lagi, pokoknya semua buku yang menarik baginya dia baca, bahkan ada yang diulang-ulang dan diulang lagi. Sekutu-buku dengan ayahnya, lah, nggak takut sama yang namanya buku tebal. Seluruh serial Harry Potter saja dibaca khatam nggak sampai 2 minggu. Setelah itu sering banget diulang-ulang, hihihi.
  • IXL-an (matematika online) hanya setahun lalu tidak diperpanjang. Kemudian belajar matematika dari buku Cambridge. Belajar biologi dari buku Cambridge.
  • Menggambar, melamun, bikin komik, melamun, nggambar lagi, melamun, dan mengambar lagi. Jadinya nggambarnya makin jago dan makin detil juga lebih spesifik di gambar strip. Saya paling suka kalau dia gambar sebuah ruangan atau bangunan dengan segala pernak-perniknya. Dia pernah bilang, “Aku tuh kalo lagi marah, kesel, sebel gitu gitu, trus nggambar langsung hilang perasaan itu lho, Mah.” Saya jawab,”E bagus itu! Itu namanya kamu sudah menemukan self healing sendiri. Kan orang marah memang sebaiknya melampiaskannya dengan cara-cara yang bagus. Setidaknya tidak menyakiti dirinya sendiri.” Bisa dibilang bakatnya mulai terlihat mengerucut ke dunia yang berhubungan dengan gambar menggambar.
  • Crafting, melamun, jahit, melamun, ngrajut.
  • Ngerjain pekerjaan rumah, nonton tv, instagraman, ngegame minecraft, ngegame yang lain, ngaji, melamun.
  • Main sama adik, marahan sama adik, ngajarin adik, ngomelin adik, kejar-kejaran sama adik, ngambeg, main lego, nulis, ngobrol apa aja sama mama/ayah, sholat berjamaah, makan bersama 1 meja, english time, belajar investasi.
  • Sering diajak ke sana, pergi ke sini, touring, travelling, tidur, olahraga, maen ke temen sesama HS, ke pantai, ke alun-alun, ke pasar, ke warung, ke PDAM, ke kantor pos, ke kantor pajak, ke museum, ke kebon binatang, ke Singapur, ke Chiang Mai dan Bangkok, Thailand, ke rumah embah, ke rumah eyang, ke Jakarta, Malang, ke mall, pergi ke Solo, Yogya, Magelang, Jombang, Lampung, hingga Palembang. Dan lain-lain dan sebagainya.

Hingga….

Pada suatu masa emaknya tergoda dengan pendaftaran masal NISN (Nomor Induk Siswa Nasional) untuk anak-anak homeschooling via teman-teman di grup PHI. Toh syaratnya gampang ini. Rayu saya pada suami. Setelah berdiskusi sedemikian rupa, kami ikutan. Lalu terlupakan.

Tiba-tiba ortu temen yang sama-sama HS ngasih kabar kalo Sofia dapet KIP! Asyiiiiiik…. Makasih pak Jokowii… yeay!

Tapi, keriaan kami meleret dengan pertanyaan kami sendiri. Jadi kami dianggap kurang mampu atau putus sekolah, ya? Padahal alasan kami nggak-sekolah bukan karena itu. Kami merasa tak nyaman dengan KIP ini, pinginnya dikembalikan saja. Lalu kami menghubungi langsung pihak Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) yang menaungi kami. Sejak itu kami berkomunikasi aktif dengan mereka.

Ternyata semua anak pesekolahrumah yang terdaftar di PKBM berhak dapat Kartu Indonesia Pintar itu. Nggak pandang bulu. Mau si anak dari keluarga berbulu ayam maupun berbulu panda. Pokoknya semua dapat.

Selama kami berkomunikasi dengan pihak PKBM, kami mendapatkan info-info terkini, misal:

  • Anak HS wajib merapat ke PKBM.
  • Anak HS sekarang mendapat no. NISN yang sama dengan anak sekolah pada umumnya. Jadi, John..selama ini anak HS tuh dikucilkan dengan diterbitkan no. NISN tersendiri gitu, bro. Awesome deh pak Jokowi dalam penerapan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia-nya (week). Kok saya punya firasat, sinyal membangun SDM di periode ke-2 itu sepertinya doi mau mereformasi pendidikan di Indonesia. Saya paham dengan faktor prioritas dalam membangun negara.  Semoga ya Allah…semoga mestakung. Aamiiin.
  • Ijasah ujian paket A harus berumur 3 tahun kalau mau mengambil ujian paket B, demikian juga paket C. Jadi kalau ujian paket A th 2018, anak harus nunggu th 2021 agar bisa ambil paket B. Begitu seterusnya. Jadi ngga boleh lagi akselerasi th ini paket A tahun depan paket B tahun depannya lagi paket C.
  • Karena poin terakhir di atas, pihak PKBM yang baik hati ini meyakinkan kami agar kalo anaknya sudah masuk usia kelas 6, lebih baik diikutkan saja. Itu hak anak. Padahal lhoo kami membidik ujian Cambridge. Dilema.

Mau nggak mau kami harus menggelar sidang Dewan Istimewa yang bertempat di ruang oval (meja makan kami bentuknya oval). Yang hadir adalah saya, suami, Sofia, dan Sonia sebagai pihak penggembira, dan tak kalah heboh, nyamuk (ruang makan memang terbuka, pisang di gantungin aja dimakan codot).

Seperti biasa kami selaku pihak yang dituakan mengungkapkan fakta-fakta. Lalu bertanya pada Sofia, menurut kamu gimana? Setelah dipertimbangkan segala hal—terutama kesedian Sofia, toh dia yang mau peres otak buat belajar, kan?—maka diputuskan untuk ikut ujian paket A.

Yang disayangkan oleh Sofia, nanti ujiannya ngga ada bahasa inggrisnya, ish. Yang disayangkan ortunya, dia terlanjur masuk madrasah sore sebulan yang lalu. Apalagi di madrasah buku pelajarannya arab pegon! Ck ck ck…emak bapaknya aja belum pernah. Etapi dikit-dikit bisalah…apalagi belajar bareng Sofia, hehe.

Begitulah kawan, detik-detik menuju hari-H kian mendekat. Melihat Sofia pindah kesibukan dari yang biasanya sibuk melamum jadi sibuk belajar untuk Paket A plus madrasah di sore harinya, saya merasa kasihan. Lalu saya bilang ke dia, kalau madrasahnya berhenti dulu gimana? Nanti kalau sudah selesai paket A bisa masuk lagi. Lagian kamu masuknya juga telat 8 bulan?

Dia malah protes, “Ga papa ma…malah buat selingan biar ga bosen belajar (pelajaran) paket A terus kok.”

Bener-bener yaa…anak-anak itu kalau sudah tahu tujuan dan manfaatnya, mereka akan senang hati melakukan dan rela berjuang. Ituh! Itu teori pertama saya dapat pas ndlongop di depan bu Elly yang menampar-menampar muka saya (hiperbola) di seminar parentingnya 7 tahun lalu. Kini, kami sudah beberapa kali membuktikannya. Doa terbaik dari kami untuk ibu Elly Risman.

Demikianlah. Terimakasih sudah membaca. Mohon doanya agar semua lancar kami jalani. Semoga Tuhan memberkati anak-anak kita dengan ilmu yang bermanfaat di dunia wal akhirat. Aamiin ya robbal alamin..

,

Tinggalkan Balasan