Kami orang tua yang berprinsip tidak suka membohongi anak. Sekecil apapun. Kami lebih senang Sofia mengetahui apa yg sebenarnya dengan konsekuensi2 yg timbul darinya. Mungkin dia kecewa, marah, sebel, tapi itulah kenyataan hidup. Yg paling penting lagi kami (dituntut) jadi ortu yg konsisten. Dari situ kami melatih Sofia untuk menggunakan logikanya, nalarnya, akalnya yg nota bene itulah yg membedakan antara manusia dan makhluk hidup lainnya.
Lalu apa hubungannya dengan sholat dan puasa?
Baiklah, dalam hal sholat seperti yg sudah saya tulis di postingan sebelumnya, kami tidak pernah memaksanya harus ikut sholat ketika kami sholat. Melainkan, kami mencontohkannya dengan mengajaknya melihat kami sholat.
Tapi saya ajak ngobrol Sofia: bahwa Allah itu baiiiik sekali. Anak yang belum baligh yaitu bagi perempuan belum menstruasi tidak diwajibkan sholat. Jadi enak, anak2 seperti Sofia tidak harus bangun subuh2 untuk sholat shubuh.
Bayangkan! Kalau se Sofi gini tiap hari harus bangun subuh, nanti di sekolahan ngantuk dong? (Waktu itu dia masih TK).
Bayangkan kalo Sofia dhuhur harus sholat padahal pulang sekolah sudah capek kadang makan siang aja sambil merem. Ya kan?
Mengapa belum wajib sholat? Karena saking baiknya Allah, Allah kasih waktu yang lumayan lama untuk anak2 belajar sholat yaitu sekitar 8 sampai 12 tahun! Jadi kalau anak itu rajin belajar sholat, nanti pas sudah waktunya wajib sholat pasti mudah bagi anak itu untuk melaksanakan sholat baik dhuhur, ashar, maghrib, isya, bahkan subuh! Karena dia sudah siap 🙂
Hal tersebut diatas perlu sesekali diulang agar dia inget. Tp ketika saya masuk ke obrolan itu. Dia pasti sdh nerocos duluan. Menceritakan logikanya 🙂
Hasilnya: dia masih sering nggak ikut. Tapi juga lebih sering lagi ngikut kami sholat dengan senang hati tanpa paksaan. Itu poin pentingnya. Malahan baru-baru ini beberapa kali dia mengatakan kalau ingin nambah lagi hafalan surat2 pendek biar dia bisa membacanya ketika sholat 🙂
Dia juga berujar kalau dia belajar duduk yang benar selama sholat dengan melihat kaki ayahnya,”Kan kaki ayah doang yg kelihatan. Kaki mama nggak kelihatan.” hehehe
Persis seperti yg kami inginkan. Sebagai pelaku homeschooling (unschooling) kami percaya: ketika seorang anak mempunyai sebuah tujuan dan tahu manfaat akan sesuatu, dia akan dengan senang hati mengejarnya tanpa paksaan.
PUASA
Demikian juga halnya dengan puasa. Ketika Ramadhan tiba. Sofia paling senang ikut makan sahur. Katanya dia suka dengan suasananya. Dia juga ngotot ikut puasa. Namanya juga anak2. Mo jamnya makan siang sudah mengeluh lapar haus dan lapar dan haus 🙂 Lucunya lagi kalau pas sahur dia nggak bisa dibangunin saking ngantuknya, siangnya pas bangun dia pasti ngambeg, marah2 😀
Lagi2 saya ajak ngobrol Sofia:
+ Allah itu baiiiiik banget ya, anak2 yg blom baligh, Sofi sdh baligh blom?
– Blom,,,,kan blom mens kayak mama.
+ Iya, blom wajib puasa ya? Tapi disuruh belajar dulu. Kayak Sofia tuh. Hebat tuh. Suka ikut makan sahur. Itu hebat banget. Karena yg penting duluan itu karena Sofia suka melakukannya. Trus Sofi jg sudah belajar puasa. Kalau sudah sahur, paginya nggak sarapan. Nggak ada makan snack saaaampe siang. Itu artinya Sofia hebat sudah mampu nahan makan dan minum sampe dhuhur. Nanti kalo Sofia sering belajar puasa lama2 tahan sampe ashar, bahkan sampe maghrib! Kayak mama dan ayah doooong…hebatkan? 🙂
– Sofi kalau nggak puasa juga belajar nggak marah2 kok mah…akukan anak yang bijaksana.
+ 🙂
Walhasil Ramadhan kemarin dia berhasil puasa bedug sampe 15 hari selanjutnya dia batuk dan mamanya juga lagi libur puasa. Karena dia juga perempuan dia merasa ngiri kenapa mama ada liburnya krn datang bulan sedangkan dia tidak. Jadi kami pun memutuskan dia juga tidak berpuasa ketika mamanya libur. Fair kan? 🙂 Dia pun semangat untuk berpuasa lebih banyak tahun depan. Aminn..Insyallah ya, nak.. 🙂