Maksudnya ke Monumen Nasional pas siang hari pas panas-panasnya. Padahal Oktoberkan musim hujan. Tapi ya syukurlah kita nggak ribet kehujanan.
Rencana awal sih ke Museum Nasional. Sampai sana pas masuk waktu sholat Jum’at. Dan ternyata sudah tutup. Hari Jum’at hanya buka dari jam 8.30 sampai 11.30. Ya sudah kita belok saja ke Monas.
Sampai Monas kami berpencar. Ayah Jum’atan saya dan Sofi masuk ke kawasan taman Monas, ngadem sambil buka bekal.
Hari ini ke Monas gara-gara di rumah mati listrik. Padahal saya pagi udah rapi masak rapi ngurusin anak. Habis itu mau ngeprint skripsi yang sudah siap cetak. Namun agaknya niat baik tak selalu berjalan mulus. Baru mo mandi eh lampu mati. Daripada mati gaya, kita putuskan membawa makanan yang baru mateng ini. Buat piknik. Mumpung Sofia lagi libur sekolah juga.
Sepanjang perjalanan Sofia sangat senang mau diajak ke museum. Diapun mulai nanya, apa sih museum itu? Kamipun dengan antusias menjelaskannya. Tapi dia juga nggak kecewa saat tahu museumnya ternyata sudah tutup soalnya dia juga pengen ke Monas. Sudah lama dia tak ke Monas. Bahkan dia sudah lupa. Pengen kesana karena dia lihat photonya pas di Monas sedang bermain ayunan dengan saya.
Setelah ayah selesai sholat lalu nyusul makan, kami pun mengarah ke bangunan yang menjulang keangkasa itu. Menyebrang lapangan luas di bawah terik matahari bikin pening kepala.
Sampai sana saya kecewa. Kok isinya cuma diorama? Jujur saja baru kali ini saya masuk ke bangunan Monas. Sering kesini tapi hanya memanfaatkan taman sekitarnya saja. Dulu pas masih tinggal di Pasar Minggu, tiap sabtu kami sering mengajak Sofi kesini. Saya jadi penasaran, apakah sejak Pak Karno isinya memang diorama seperti ini?
Yang bikin saya nyesek dan bilang “bulshit!” pas liat diorama dimana pak Karno terbaring di atas ranjang dan di sampingnya duduk tiga orang jendral. Tahu sendiri lah. Males saya bahasnya. Saya juga nggak melihat semuanya, soalnya Sofia sekali lihat tampilan diorama yang gelap dan terkesan serem langsung ketakutan ngajakin menjauh. Ya sudahlah.
Akhirnya kita memutuskan ke taman deket kandang rusa setelah duduk-duduk sebentar di kantinnya sambil menegak minuman dingin.
Inilah bagian yang paling menyenangkan di Monas, main ayunan!! Yeay! Semua suka bermain ayunan di taman kota yang teduh seperti ini. Setelah puas kamipun pulang dengan rasa lelah kepanasan tapi hati gembira. Sampai di dalam mobil Sofipun langsung tidur tengkurap dan baru bangun sampai rumah 😀
2 tanggapan untuk “Monas Panas”
Halo Ibu Yani, saya Erika, graphic designer, dan saya sedang mengikuti lomba digital imaging tentang kebudayaan Indonesia, saya membutuhkan photo monas untuk artwork saya, dan kebetulan saya menemukannya di blog Ibu..saya mau minta ijin untuk menggunakan photo monasnya pada artwork saya, (kalau Ibu tidak keberatan, saya minta alamat emailnya, agar saya bisa kirimkan sketsa artworknya)..terima kasih sebelumnya..
Halo juga mbak Erika!
Silakan kalau mau digunakan. Kalau mau mengirimkan sketsanya ke yani@******.com sekalian klo boleh tahu situs lombanya dong… 🙂
Good luck ya!