Ini kali kedua saya dan Suami pergi ke Bali bersama putri kami, Sofia (4th). Kali pertama dia masih berumur 1.7 tahun. Bayi umur segitu belum bisa menikmati liburan. Malah banyak takutnya. Takut ngeliat bule lah, takut liat baronglah, takut turun ke pantailah, bahkan dengar suara ombak saja takut. Tapi yang untung orang tuanya. Soalnya dia belum bisa protes. Kalau nangis (laper) tinggal dijejelin nenen, kalau mau jalan tapi lagi tidur tinggal digendong. Jadi sehari ke beberapa tempat dia tidak merasakan capek.
Di usia 4 tahun ini, Sofia sudah sangat berbeda. Dia sekarang banyak bertanya, suka berpikir, suka ngasih komentar dan berani mengungkapkan pendapatnya. Dia juga sudah mengerti konsep liburan dan bisa menikmati momen-momen tertentu. Jadi kami memperpanjang waktu liburan dari yang rencana lima hari jadi delapan hari. Karena kami ingin memperlambat ritme perjalanan agar Sofia tidak kecapekan. Sehari paling banyak ke dua tempat tujuan utama.
Pada kesempatan ini kami puas di Bali. Kulinernya dapet, tempat yang dikunjungi dapet, waktu yang sangat longgarpun membuat kami puas mengeksplorasi Bali dengan selera kita banget.
Transportasi PP
Awalnya rencana ke Bali ini karena ada promo kursi gratis Airasia setahun yang lalu. Dan kita dapat tiket PP Jakarta – Denpasar tgl 16 Agustus, Denpasar – Jakarta tgl 20 Agustus. Karena dirasa terlalu sebentar, maka tiket pulangnya kita lewatkan begitu saja. Sebagai gantinya kami memesan Citilink. Rupanya kami beruntung, pas pulang pihak Citilink tidak beroperasi dan semua penumpangnya dialihkan ke Garuda. Surprise sekali, kami bisa naik pesawat internasional Garuda A330 – 300 dengan harga Citilink!
Pertama bagi saya dan Sofi naik pesawat sebesar dan semewah itu. Sofia senang karena dia mendapatkan souvenir boneka mungil orang utan dan seraupan permen dari pramugari yang ramah-ramah. Yang membuat dia amazing, selain mendapatkan makan gratis, kabin pesawat ini juga persis dengan yang ada di buku kesayangannya, ada video yang bisa untuk bermain game, nonton video, mendengarkan musik, dan sebagainya.
Sedangkan saya, pesawat yang panjang dan kabin yang mewah membuat saya kaget, karena biasanya saya naik pesawat-pesawat berkapasitas kurang dari 200 penumpang dengan jarak antar tempat duduk yang sempit. Jadi fasilitas kabin yang komplet, jarak antar tempat duduk yang longgar, kursi yang nyaman dan layanan lain-lainnya membuat saya kagum. Ternyata naik pesawat segede ini enak juga ya?! Saya jadi ketagihan, hehehe. Yang menghebohkan, baru kali ini saya berani berjalan ke toilet pada saat di udara. Sebelumnya saya tak pernah berani beranjak dan setia dengan sabuk pengaman yang terkunci. Lucunya, saya tidak merasa was-was sama sekali! Lhawong take-off dan landing nya saja nggak berasa. Norak deh pokoknya.
Transportasi Selama di Bali
Kami selalu meminimalisir penggunaan jasa tour. Sebagai pelancong mandiri, selama di Bali kami menyewa sepeda motor. Dan hanya sekali menyewa mobil beserta supirnya karena pertimbangan waktu dan cuaca. Ya, kami hendak menonton pertunjukan tari Legong jam 19.30-21.00 di Ubud dengan cuaca hujan di sore dan pagi hari. Jadi dengan bermotor kasihan badan kami, terutama Sofi. Dengan harga rp400.000 kami berangkat jam 3 sore dan sampai hotel jam 10 malam.
Di kuta, awalnya kami telah memesan pihak hotel untuk sewa motor selama 3 hari dengan ongkos @rp.40.000/hari. Tapi berhubung ketika kami check-in motor baru akan datang 1 jam kemudian, jadi kami membatalkan dan menyewa di luar hotel. Jangan khawatir, rental motor dan mobil bertebaran di Kuta. Tapi berhubung high season dan rata-rata semua motor telah disewa, di luar kami mendapatkan motor matic tahun jadul dengan harga sewa @rp50.000/hari.
Sedangkan di Sanur, kami sempat kesulitan mencari motor. Beberapa tempat persewaan motor yang kami datangi telah sold-out. Ya karena high season itu. Untungnya kami dapat motor juga, tapi dengan harga sewa @rp60.000/hari! Lagi-lagi motor matic, tapi yang ini keluaran terbaru jadi lebih mantap.
Dengan menyewa sepeda motor, kami tidak terjebak di dalam hotel terus dengan aktivitas yang itu-itu saja. Melainkan bisa mengeksplorasi tempat-tempat yang tidak bakal dikunjungi kalau kita mengandalkan sewa mobil. Contohnya, kami bisa iseng muter-muter blusak blusuk Denpasar dan sekitarnya memahami kehidupan kota ini. Jangan takut nyasar. Toh masih di Bali. Lagian juga ada GPS. Lagi pula kita tidak perlu menginap di hotel yg dekat dengan pantai karena pasti lebih berat di ongkos, dan dengan sepeda motor, kalau pengen ke pantai tinggal tancap gas.
Ohya, dari bandara ke hotel kami menggunakan layanan taksi bandara dengan argo yang telah ditentukan yaitu Rp.70.000 dari bandara ke area Kuta. Karena kami menginap di sebuah hotel di Sanur lebih dari 3 hari melalui situs indo.com, maka kami mendapatkan fasilitas antar jemput gratis bandara – hotel saat kedatangan dan hotel – bandara. Senangnya, pihak indo.com mau menjemput dari hotel kami sebelumnya di Kuta ke hotel kami di Sanur.
Penginapan
Kami selalu mengandalkan internet untuk mencari tempat penginapan. Diantaranya, indo.com dan hostelbookers.com. Karena bawa anak kecil, kami belum berani datang tanpa melakukan reservasi penginapan terlebih dahulu. Sebenarnya di kawasan Kuta dan Sanur banyak homestay dan hotel-hotel kecil yang menunggu didatangi tamu, karena mereka tidak memiliki website.
Nah, lagi-lagi kami kejebak high season musim panasnya orang barat, jadinya sewa kamar kami kena charge high season tiap malamnya sudah begitu susah nyari hotel karena kebanyakan sudah fully book. Dibadingkan dengan low season seperti bulan Januari 2008 lalu dengan uang Rp300.000/malam kami sudah mendapatkan kamar hotel yang luas dan furnishing yang memuaskan di daerah Kuta, yaitu di Vilarisi hotel. Sedangkan kali ini dengan harga USD35/malam + charge high season USD9/malam kami hanya dapat hotel melati yaitu The Kuta Inn yang berada di salah satu gang di gang Poppies Lane II (adiknya gang).
Di hari pertama kami datang, kami kecewa dengan saluran airnya yang buruk almari yang hanya sebuah bufet kecil dan tempat tidur queen size. Sehingga di hari ke-2 kami minta pindah dan dikabulkan. Lumayan, almarinya lebih berbentuk.
Dihari ke-4 kami pindah ke Sanur ke Laghawa Beach Inn hotels & villas yang telah kami pesan sebelumnya juga. Di Sanur apa-apa lebih mahal dibandingkan di Kuta. Dan kami mendapat sebuah hotel melati dengan harga USD69/malam. Harga segitu sudah termasuk charge high season USD11/malam duhh lagi-lagi bencana high season! Tapi di sini kami puas, hotel ini mempunyai private beach yang bisa diakses langsung dari belakang hotel, lengkap dengan seaside barnya. Konsep kebun yang diusung dengan halaman luas dan taman yang indah serta kolam renang yang besar juga resik membuat kami tersenyum. Apalagi Sofi, dia tak sabar untuk berenang.
Pada dasarnya furnishing kamarnya memuaskan. Ruangan dan kamar mandi yang luas, tempat tidur king size dan furniture lainnya juga memuaskan, cuma di dalam kamar mandinya tidak ada rak handuk. Hanya bekas rak handuk yang menempel di tembok saja yg keliatan.
3 tanggapan untuk “Bali with Lil’ Family [1]”
[…] Car RentalBali with Lil’ Family [1] […]
perjalanan yang menyenangkan 😉
Gute Musik lohnt sich…
Hier kann man wieder gut sehen wie wichtig es ist in seinem Blog auf Qualität zu achten….