Dua minggu setelah sofia disapih, ada beberapa perubahan extreme
padanya. Saya jadi berpikir ini adalah pengaruh psikologis karena tidak
lagi nenen mamanya. Dia menjadi lebih berani dan percaya diri. Mungkin
itulah mengapa didalam Alquran pun mengisyaratkan agar anak disusui
sampai usia dua tahun.
Sore itu seperti biasa Sofia harus mandi. Tapi kali ini dia ingin
dimandiin ayahnya. Tak dinyana dia yang sudah pasti menangis
menjerit-jerit kalo mandi pake air dingin (harus air hangat) tiba-tiba
mau nyebur ke bak mandinya sambil beramain-main dengan senangnya tanpa
dosa. Saya dan suami terheran-heran, kok bisa ya?. Belum hilang rasa
heran kami, kami dibuat bengong Sofi lagi. Belum selesai berpakaian,
dia mendengar suara odong-odong dengan lagu-lagu anaknya yang khas.
Sepontan dia berteriak, "Ma odong-odong!". "Sofi mau liat?" tanya saya
dan suami, "mauu, Sofi mau odong-odong!" jawabnya tak sabaran.
Teriakannya itu tak membuat kami heran karena dia memang senang melihat
teman-temannya naik odong-odong. Hanya melihat sambil menikmati
lagu-lagu yang diputar dan keceriaan teman-temannya karena dia tak mau
naik. Kalau kami suruh naik, pegangannya akan semakin kencang dan tak
mau lepas dari gendongan kami. Anehnya, setelah selesai berpakaian,
bersama ayahnya Sofi lihat odong-odong. Saya kaget waktu ayahnya pulang
tergopoh-gopoh ambil uang ribuan. "Sofi mau naek mah! gak mau turun,
ini yang kedua kalinya!". "Hah?! dia mau naek?!". Kamipun tertawa
bersama.
Keesokan harinya Sofi kami ajak berbelanja di mall Kalibata. Karena
waktu sudah menunjukkan jam makan siang, maka kami putuskan mampir di
KFC nya. Seperti biasa, disana Sofi langsung bermain diarena bermain
KFC yg dilengkapi dengan seluncuran besar dan lumayan tinggi. Ada yang
lurus juga ada yang berliku. Biasanya dia hanya berlari-lari disekitar
situ. Selalu menolak bila kami suruh mencoba dengan mengangkatnya di
seluncuran. "Sofi takut mah/yah!" sambil meronta. Tapi anehnya, kali
ini dia mencoba meniti tangga lebar dan lurus yang tangannya belum
sampai untuk berpegangan pada kanan dan kirinya. Kami selalu sengaja
membiarkan Sofi berbuat apa saja semaunya kecuali yang membahayakan
dirinya. Karena gagal dan juga tak mau saya pegangin akhirnya dia
berpindah keseluncuran yang lurus. Awalnya dia bermain dimulut
seluncuran, tapi lama kelamaan dia mencoba naik keatas lewat
seluncurannya dan berhasil. Merasa bisa, dia semakin agresif bermain.
Berkali-kali dia naik dan berseluncur. Diapun mulai penasaran dengan
seluncuran yang lebih tinggi dan berliku. Dia naik dari seluncuran
lurus lalu dengan agak takut dia merangkak naik ke tempat yang lebih
tinggi hingga mencapai mulut seluncuran berliku. Diapun jadi senang
bisa meluncur disana. Karena sudah mencoba, diapun bermain semaunya
sendiri bahkan naik lewat seluncuran yang berliku sambil dada dada pada
kami dan bernyanyi nyanyi, duhh anakkuu… Kami hanya bisa tersenyum
padanya dan menyemangatinya,"Keep going Sofia!"
Hal lain yang Sofi lakukan paska saya sapih adalah, dia kini memanggil
dirinya sandiri dengan kata ganti "AKU" bukan lagi "APIA (Sofia)". Ini
semakin hari semakin sering kami dengar. Saya dan suami enggak tahu
dari mana dia belajar. Padahal kalau ditanya, aku itu siapa, dia tidak
bisa menjawab dan ngomong yang lain. Contohnya, waktu saya menawarkan
teh, "siapa mau teh?", Sofi langsung jawab, "Aku mauu!! mah, aku mau
teh". Kalau dia kaget dengan sesuatu dia langsung berseru. "Kaget aku!
mah aku kaget". Kalau disuruh tidur, "aku nggak mau tidur..!", dan
masih banyak yang lainnya. Kami belum tahu apakah anak seusia dia
memang sudah menggunakan kata ganti aku untuk menyebut dirinya.